oleh :
Drs. Sartono, M.Si.
“Dengan internet, kita bisa
menjadi pintar dan kaya”. Demikianlah yang selalu saya sampaikan pada para
siswa ketika menggunakan internet untuk pembelajaran. Saya ceritakan pengalaman
pribadi bagaimana mudahnya mencari informasi dan data untuk menulis sebuah
makalah atau penelitian untuk dilombakan di berbagai event. Saya ceritakan pula
bagaimana asyiknya ketika meraup beberapa ratus dollar saat mencairkan cheq
dari Google Adsense. (Sambil
terperangah seakan tak percaya, mereka memperhatikan print out cheq seratus
dollar lebih dari Google Adsense saya).
Gadget for Education :
Internet, Bukan untuk Dihindari, Tetapi Gunakan dengan Bijak
Hal ini ternyata bisa membakar
semangat para siswa untuk bersemangat menggunakan internet, bukan sekedar browsing dan chatting saja, melainkan juga untuk menggali dan meningkatkan
potensi diri. Terbukti banyak siswa kami yang mampu membuat blog bahkan juara
menulis blog tingkat nasional, yaitu:
Rima Faiqoh Agustine (Juara 2 Lomba Penulisan Blog Kompas-Gramedia, 2010), dan Ahmad
Muharrom (Juara 1 Nasional Penulisan Blog : Gadget untuk Pendidikan, di SMAN 1
Sukabumi – Jawa Barat, 2013). Sementara
itu sudah tak terhitung dari mereka yang menggunakan internet sebagai sumber
informasi untuk berbagai lomba, dan olimpiade tingkat nasional. Semua itu
merupakan bukti mudahnya internet memintarkan para siswa.
Tantangan
Internet di Madrasah
Sebagai sebuah sekolah yang
berbasis nilai-nilai Islam (yaitu madrasah aliyah) mengusung internet ke dalam
pembelajaran merupakan tantangan tersendiri. Betapa tidak?! Di lembaga
pendidikan ini, penggunaan internet dalam pembelajaran sangat dilematis. Stigma
negatif internet cukup dominan daripada melihat sisi manfaatnya. Untuk itu
butuh waktu cukup lama agar diperkenankan penggunaannya dalam pembelajaran.
Disamping itu, diperlukan pula kesepahaman bersama tentang urgensi internet
dalam pembelajaran, tanpa harus lengah mengeliminasi dampak negatifnya.
Hal tersebut memang sangat
berasalan. Disamping informasi positif dan membangun, dalam internet juga
terdapat situs-situs yang memiliki konten negatif, yaitu : pornografi,
kekerasan, perjudian, dan sejenisnya. Sebagai pendidik hal itu sangat
mengkhawatirkan, khususnya apabila menjadi konsumsi bacaan para siswa yang
belum dewasa. Yang lebih miris lagi, konten negatif ini jatuh pada siswa yang
tidak bertanggung jawab. Tindakan di luar batas norma-norma bisa para siswa
lakukan akibat terpengaruh ekses-ekses negatif teknologi dan informasi. Namun
demikian, tindakan menutup rapat-rapat pintu masuk teknologi dan informasi ke
dalam pembelajaran juga bukan merupakan tindakan cerdas.
Terkait dengan hal tersebut, perlu
dikampanyekan ‘gadget for education’. Inillah cara yang paling bijak, yaitu tetap
memberikan peluang masuknya internet ke sekolah dengan beberapa perlakuan dan
pembatasan. Artinya, penggunaan internet di sekolah tetap diijinkan harus
selalu dikontrol, diawasi, dan dilakukan pendampingan. Para siswa boleh membawa gadget
(laptop, tablet, dan handphone)
mereka sendiri. Pihak sekolah cukup menyediakan wifi beserta perangkatnya. Laman-laman
dengan konten negatif harus difilter. Sekolah harus selalu minta para siswa sendiri
untuk menghapus konten-konten negatif dalam gadget mereka. Secara periodik,
sekolah perlu terjun langsung melakukan ‘operasi’ terhadap gadget mereka. Mereka
yang melanggar perlu dilakukan pembinaan yang edukatif tanpa harus menyakiti
fisik dan perasaan mereka.
Hasilnya, pembelajaran menjadi
sangat mengasyikkan. Literasi siswa di bidang TIK jelas sangat meningkat. Pada
saat materi pembelajaran masih kurang lengkap, kami menyarankan untuk browsing. Kemudian mereka menggunakan
gadget untuk menggali informasi. Hasilnya sering di luar dugaan. Suatu saat
materi pembelajaran menulis teks eksplanasi (pada matapelajaran bahasa
Indonesia SMA kelas XI), sebuah kelompok saya tugasi menulis teks tentang
tsunami. Pada saat presentasi para siswa menampilkan teks yang mereka buat.
Mereka juga menampilkan presentasi berupa gambar dan video tentang sebab-akibat
tsunami. Hasilnya luar biasa. Tsunami tidak hanya terbaca oleh mata dan terdengar
oleh telinga saja. Dengan kelas yang dilengkapi LCD dan multimedia, kami
terbawa seakan-ikut mengalaminya.
Bukti jelas, internet tidak
hanya menghindarkan diri dari verbalisme. Justru internet membuat suasana
pembelajaran menjadi surealis dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan
bahkan pembentukan sikap.
É importante também estar atento se as empresas contratas estão entregando a internet que está no contrato.
BalasHapusPara verificar isso, sempre faça um teste de velocidade para medir sua internet.
recomendo:
velocimetro
nggih pak
BalasHapus