E-learning, di antara kita mungkin masih asing terhadap istilah tersebut. Namun, bagi kita yang sudah lama berkecimpung dalam pembelajaran yang menggunakan komputer apalagi internet, maka secara tidak sadar kita telah melakukannya, tanpa memahami maknanya.
Istilah e-learning merupakan singkatan dari elektronic learning atau pembelajaran elektronik, yaitu pembelajaran yang menggunakan alat-alat listrik. Ruang lingkup konsep ini terlalu luas karena pembelajaran saat ini banyak sekali yang melibatkan alat-alat listrik misalnya penggunaan slide, OHP, video, atau film. Konsep e-learning dibatasi pada penggunaan teknologi komputer sebagai media pembelajaran. Sementara itu, UNESCO memberikan ruang lingkup yang lebih khusus pada pembelajaran yang menggunakan media internet.
E-learning merupakan keniscayaan dan tantangan bagi lembaga pendidikan. E-learning sebagai sebuah keniscayaan berarti mau atau tidak mau harus tetap dilaksanakan sebagai tuntutan pendidikan modern. Yang tidak mau mengikutinya akan terperosok pada kemunduran. Adapun e-learning sebagai tantangan karena merupakan wacana pendidikan modern yang memerlukan sumber dana dan sumber daya yang harus mampu menggunakan dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran.
Saat ini banyak lembaga pendidikan dalam promosinya menawarkan pembelajaran dengan komputer bahkan internet. Terlepas bagaimana kualitas alat dan pelaksanaan pembelajarannya, yang terpenting adalah mau melaksanakannya, khususnya sebagai kompetisi promosi lembaga pendidikan tersebut.
Jardiknas : Kendala Solusinya
Kondisi tersebut merupakan iklim yang tepat bagi pemerintah untuk membimbing dan memberi arah yang tepat bagi lembaga pendidikan agar pembelajaran berbasis e-learning menjadi tepat sasaran. Diharapkan penerapan e-learning bukan hanya sekedar ajang gengsi dan kompetisi yang tidak sehat antarsekolah.
Pemerintah melalui Jardiknas telah mengantisipasi kondisi ini. Jardiknas telah memberikan diklat / workshop bagi sekolah-sekolah tentang pembelajaran menggunakan komputer dan internet. Hampir setiap kabupaten dan kota seluruh Indonesia telah dijangkau oleh program Jardiknas.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kualitas guru yang dilatih sangat beragam dan hasilnya pun beragam. Diklat yang tidak ditindaklanjuti melalui implementasi di sekolah masing-masing akan sia-sia saja. E-learning, yang mau silahkan mengimplementasikannya, yang tidak mau hanya sebagai wacana saja. Karena itu, perlu ditunjuk khusus tenaga yang khusus menjadi 'lokomotif' dari setiap sekolah. Tenaga pendidikan inilah yang selalu dilatih dan kemudian menyampaikan dan mengembangkannya di sekolah masing-masing. Jangan mengirimkan tenaga pendidikan yang 'buta sama sekali' terhadap komputer. Pengalaman membuktikan, pasti hal itu akan sia-sia.
E-learning merupakan keniscayaan dan tantangan bagi lembaga pendidikan. E-learning sebagai sebuah keniscayaan berarti mau atau tidak mau harus tetap dilaksanakan sebagai tuntutan pendidikan modern. Yang tidak mau mengikutinya akan terperosok pada kemunduran. Adapun e-learning sebagai tantangan karena merupakan wacana pendidikan modern yang memerlukan sumber dana dan sumber daya yang harus mampu menggunakan dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran.
Saat ini banyak lembaga pendidikan dalam promosinya menawarkan pembelajaran dengan komputer bahkan internet. Terlepas bagaimana kualitas alat dan pelaksanaan pembelajarannya, yang terpenting adalah mau melaksanakannya, khususnya sebagai kompetisi promosi lembaga pendidikan tersebut.
Jardiknas : Kendala Solusinya
Kondisi tersebut merupakan iklim yang tepat bagi pemerintah untuk membimbing dan memberi arah yang tepat bagi lembaga pendidikan agar pembelajaran berbasis e-learning menjadi tepat sasaran. Diharapkan penerapan e-learning bukan hanya sekedar ajang gengsi dan kompetisi yang tidak sehat antarsekolah.
Pemerintah melalui Jardiknas telah mengantisipasi kondisi ini. Jardiknas telah memberikan diklat / workshop bagi sekolah-sekolah tentang pembelajaran menggunakan komputer dan internet. Hampir setiap kabupaten dan kota seluruh Indonesia telah dijangkau oleh program Jardiknas.
Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kualitas guru yang dilatih sangat beragam dan hasilnya pun beragam. Diklat yang tidak ditindaklanjuti melalui implementasi di sekolah masing-masing akan sia-sia saja. E-learning, yang mau silahkan mengimplementasikannya, yang tidak mau hanya sebagai wacana saja. Karena itu, perlu ditunjuk khusus tenaga yang khusus menjadi 'lokomotif' dari setiap sekolah. Tenaga pendidikan inilah yang selalu dilatih dan kemudian menyampaikan dan mengembangkannya di sekolah masing-masing. Jangan mengirimkan tenaga pendidikan yang 'buta sama sekali' terhadap komputer. Pengalaman membuktikan, pasti hal itu akan sia-sia.
Web dan Blog Sebagai Media E-Learning
E-learning yang paling ideal dilaksanakan secara total dan integral dalam setiap aspek pembelajarannya. Mulai dari pengumuman, pendaftaran, penyampaian materi pembelajaran, alat bantu dan media, hingga evaluasi dilaksanakan melalui internet. Beberapa lembaga pendidikan tinggi telah menerapkan konsep 'distance learning' ini. Para peserta didik tidak harus tatap muka dengan guru/dosennya. Mereka dapat berinteraksi melalui internet. Dalam hal ini ruang dan waktu bisa fleksibel, kapan saja dan dimana saja bisa terjadi proses pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi terikat oleh ruang kelas, laboratorium, atau perpustakaan tertentu. Banyak program berbasis web yang telah dibuat khusus untuk model pembelajaran seperti ini, misalnya A Tutor.
Dalam perkembangan selanjutnya, web dan blog banyak digunakan pula sebaga media e-learning. Banyak web dan biasa umum yang mampu memberikan materi pembelajaran yang berbobot sebagai wahana e-learning. Para dosen / guru tidak malu-malu menuangkan materi pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya melalui blog yang siap diakses oleh para siswanya. Dengan fasilitas dan widget yang lengkap sebuah blog mampu menjadi wahana e-learning yang baik. Permasalahannya, para dosen / guru tersebut harus mengenal dan mengembangkannya.
Dalam perkembangan selanjutnya, web dan blog banyak digunakan pula sebaga media e-learning. Banyak web dan biasa umum yang mampu memberikan materi pembelajaran yang berbobot sebagai wahana e-learning. Para dosen / guru tidak malu-malu menuangkan materi pembelajaran dan perangkat pembelajaran lainnya melalui blog yang siap diakses oleh para siswanya. Dengan fasilitas dan widget yang lengkap sebuah blog mampu menjadi wahana e-learning yang baik. Permasalahannya, para dosen / guru tersebut harus mengenal dan mengembangkannya.
selesai
E-learning, tantangan pendidikan modern perlu dilaksanakan
BalasHapusPada jaman modern ini e-learning merupakan program terobosan yang sangat cerdas untuk percepatan peningkatan kuantitas dan mutu pendidikan, dan yang menjadi kendala di indonesia antara lain :
BalasHapus-Jaringan Jardiknas belum beroperasi secara optimal
-Belum banyaknya warga Indonesia yang "melek" internet
-Belum adanya subsidi pemerintah untuk komputer di dunia pendidikan misal One Lab Computer one School yang nanti dapat dilanjukan dengan One student one Computer
Semoga dari tahun ketahun dunia pendidikan kita semakin maju, Salam
Memang benar sekali, dari beberapa diklat yang dilaksanakan oleh Jardiknas masih sebatas pengenalan komputer dan e-learning. Dan hal ini merupakan lompatan ke depan yang perlu dikooptasi. Permasalahan klasik ketidakberdayaan sekolah memiliki komputer apalagi Lab Computer juga kendala yang tidak mudah dipecahkan mengingat krisis moneter dan APBN. Sementara itu, usaha pemerintah dengan melemparkan tanggung jawab kembali kepada sekolah agar mampu mengurusi dan mencukupi diri sendiri (melalui Manajemen Berbasis Sekolah) juga merupakan dilema tersendiri di saat kondisi ekonomi masyarakat kita juga lesu.
BalasHapusMeskipun demikian, kiranya pemerintah tidak bisa serta merta melupakan tanggung jawab ini.