Intro menayangkan
cuplikan tentang bencana itu. Musik backround lagu Ebiet G. Ade sayup-sayup terdengar syahdu. Para siswa dan terpaku oleh
tayangan media bagaikan tersihir. Saya kaget. Empat anak tampak beberapa kali menyeka
air mata. Mengapa? Ada perasaan bersalah pada diri saya. Mengapa kelas yang
seharusnya saya buat menyenangkan ternyata malah membuat mereka bersedih.
Itulah pengalaman saya pertama menayangkan media presentasi pembelajaran
“Sidoarjo Menangis”. (Edisi 2007).
Bukan maksud kami
menguak kembali luka oleh bencana tersebut kepada para siswa. Kami sangat sadar
merekalah pelakunya yang harus tersingkir karena rumah mereka tenggelam, harus
menjadi pengungsi di barak-barak, pikiran kalut oleh ketidakpastian nasib, dan
lain-lain. Namun demikian, kami mencoba mengajak para siswa agar dapat memahami
secara lebih komprehensif realitas bencana itu. Lebih jauh lagi kami berharap bisa
mengambil hikmah dari bencana tersebut. Akhirnya, terbukti banyak di antara
mereka kini hidup jauh lebih baik oleh ganti untung beberapa kali lipat.
Projek pembuatan media ini bermula dari rapat MGMP
Bahasa Indonesia sebelumnya. Kami melihat dalam silabus Bahasa Indonesia
semester 1 kelas X tentang topik Menyimak Berita Televisi dengan topik Bencana
Alam. Yang tertera dalam silabus adalah contoh Berita Bencana Alam Tsunami
Aceh. Karena kami dari Sidoarjo sejalan prinsip KTSP maka kami mengangkat
Bencana Lumpur Porong Sidoarjo. Wacana bencana ini tidak kalah dahsyat dengan
bencana tsunami Aceh. Namun demikian, media pembelajaran tentang topik ini
tidak ada dan belum pernah dibuat sebelumnya.
Tidak seperti
saat ini bahwa kita bisa dengan mudah mengunduh berita itu dari situs media
televisi untuk dijadikan media. Saat itu tahun 2007, saya harus memasang TV
tunner dalam komputer yang bisa menayangkan siaran televisi sekaligus merekamnya.
Saya pun harus rajin dan siap untuk merekam siaran berita televisi yang
bagus-bagus. Sehubungan dengan pembuatan media ini, saya memilih dan merekam
berita dengan topik tersebut. Hasilnya kemudian kami sunting dan buat menjadi
media pembelajaran.
Media ini pun
akhinya saya jadikan PTK dengan judul “Penggunaan Media Pembelajaran ‘Sidoarjo
Menangis’ untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Siswa MAN Sidoarjo”.
Inilah satu-satunya PTK penggunaan media pembelajaran yang akhirnya menjadi prototype
karena banyak rekan guru yang menirunya dengan menggunakan media lainnya.
Pada saat lomba
guru prestasi baik di Diknas maupun Depag, media dan PTK ini menjadi andalan
saya. Dari pihak penguji tidak ada koreksi yang berarti. Dan, apresiasi yang
saya dapatkan adalah kejelian mengangkat sebuah topik yang memang sangat
dibutuhkan sebagai suplemen silabus bahasa Indonesia. Lomba di Diknas saya
tidak berhasil menjadi juara satu. Namun, di Depag Provinsi saya memperolehnya dengan
relatif mudah.
Kesimpulan saya
boleh-boleh saja menggunakan media pembelajaran yang mengakibatkan keharuan
siswa bahkan hingga mampu menitikkan air mata mereka. Yang perlu diperhatikan
adalah tujuan akhirnya harus edukatif dan demi kebaikan semua pihak.
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan dan Komentar Anda