Saat pengumuman kelulusan UN 2009, saya dan beberapa guru harus mengikuti PORSENI Madrasah se-Jawa Timur di Kediri pada 14-17 Juni 2009. Betapa hancur perasaan saya saat lima orang siswa saya tidak lulus, apalagi ketidaklulusan itu karena nilai bahasa Indonesia. Padahal tahun-tahun sebelumnya saya sangat bangga akan prestasi UN / UNAS siswa saya yang selalu lulus dengan nilai bagus, bahkan ada yang hampir sempurna.
Apakah ada yang salah dengan cara saya mengajar? Selama ini saya mengajar dengan baik dan penuh semangat. Tidak jarang saya memberikan pelajaran tambahan khusus menghadapi UNAS meski tanpa harus dibayar. Saya juga selalu memotivasi mereka untuk belajar rajin dan percaya diri. Saya selalu meminta mereka selalu jujur, konsisten, tidak lupa shalat, dan berdoa. Padahal soal UNAS mata pelajaran bahasa Indonesia di hari pertama jauh lebih mudah dibandingkan dengan soal-soal tryout yang kami buat dan soal-soal tryout bersama sekabupaten.
Mengapa mereka tidak lulus? Berkecamuk rasa bersalah saya. Kekhawatiran dimarahi oleh Pimpinan bahkan Kepala Kantor Departemen Agama (Kakandepag) selalu menghantui benak saya. Demikian pula saya harus siap menghadapi pandangan sinis rekan guru lainnya, saat kembali ke Sidoarjo selesai Porseni 2009.
Nilai Rata-rata 7,32
Saat kembali ke madrasah persaan bersalah menghantui saya. Terlihat wajah-wajah kurang sedap pada ketua panitia PIB pada saya. Saya curiga ada apa dengan nilai siswa kami. Akhirnya saya mencari kesempatan melihat langsung daftar nilai mereka. Betapa heran bercampur tidak percaya demikian perasaan saya. Ternyata nilai mereka umumnya 6,7,dan 8, serta ada yang 9.
Adapun mereka yang tidak lulus nilainya 3. Rata-rata nilai mereka 7,32.
Dari data tersebut saya yakin ada yang tidak beres dengan ketidaklulusan mereka. Mungkin salah dalam mengarsir jawaban atau yang lainnya.
Jawaban SMS Menyesatkan
Setelah saya bertanya pada para siswa, ternyata mereka mengakui bahwa sebelum ujian nasional berlangsung pukul 06.30 sudah beredar jawaban melalui sms ke handphone para siswa.
Jawaban yang tidak tahu darimana asalnya tersebut kemudian beredar ke banyak siswa.
Pada saat mengerjakan soal UNAS para siswa mencoba menjawab dengan sms tersebut. Banyak siswa menyadari gelagat jawaban yang ternyata banyak salahnya tersebut. Akhirnya mereka menjawab dengan kemampuan sendiri, karena disadari jawaban sms tersebut banyak sekali salahnya. Beberapa siswa kami yang tidak mau repot-repot berpikir akhirnya menerimanya apa adanya. Akhirnya diketahui lima siswa kami tidak lulus.
Usaha Sistematis Menggagalkan UNAS
Jawaban SMS menyesatkan tersebut ternyata terjadi pula pada banyak sekolah / madrasah lainnya. Hampir setiap sekolah para siswanya mendapatkannya. Bagi mereka yang tidak mau repot-repot berpikir akan memanfaatkannya dengan berakibat tidak lulus. Penyebaran sms yang demikian luas di Jawa Timur dan tersebar secara sporadis telah banyak memakan korban. Saya menduga ada upaya sistematis untuk menghancurkan prestasi UNAS siswa. Apabila salah satu matapelajaran hancur maka semua nilai UNAS lainnya juga akan tidak lulus. Dapatkah hal ini juga dapat dicurigai sebagai upaya menggagalkan UNAS? Saya mencurigainya ke arah sana.
Ke depan para guru lain hendaknya mengingatkan dan para siswa mawas diri terhadap kasus ini terulang lagi.
Eksistensi Bahasa adalah Conditio Sine Qua Non. Karena itu, Perjalanan Wacana Bahasa Tak Akan Pernah Berhenti Sejalan Adanya Manusia Itu Sendiri ....
Selamat Datang,
Blog ini berisi segala wacana yang berhubungan dengan bahasa dan sastra Indonesia. Di antaranya tentang wacana bahasa dan sastra Indonesia, bahan ajar, pusi, cerpen, penelitian, lomba menulis / mengarang, hingga tes kebahasaan.
Saya berharap ada kritik dan saran Anda yang dapat menyempurnakan blog ini.
Bagi adik-adik, silakan membaca atau mengkopi isi blog ini untuk keperluan tugas atau lainnya. Sesuai dengan etika ilmiah, silahkan kutip sumbernya yaitu dari blog ini.
Terima kasih atas kunjungan Anda.
Blogmaster
Blogmaster
Puisi
Model Membaca Puisi Terbaik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kasihan mereka yang terlalu percaya dengan SMS itu.
BalasHapus