Anda kurang PD
dalam mengajar? Gunakanlah media ini, Anda akan PD dan pembelajaran Anda akan
sangat menyenangkan. Demikian pernyataan ini berkali-kali saya sampaikan untuk
menawarkan media pembelajaran saya. Ternyata cukup banyak yang membeli. Bahkan,
dalam setiap workshop atau seminar guru media ini bisa terjual lebih dari 50
keping (yang per kepingnya Rp 75.000,00).
Permasalahannya,
di tengah gelombang semangat untuk siap berbagi ilmu dan pengalaman, ternyata
saya dengan egois mengambil peluang demi keuntungan ekonomis. Lalu, apa
pendapat kita tentang tindakan berjualan media pembelajaran pada sesama guru?
Hal ini urgen saya sampaikan karena tampaknya ada yang aneh dalam ‘etika
ilmiah’ kita (para guru).
Suatu saat saya melayani beberapa orang guru yang tampak
antusias membeli. Kemudian mereka masuk ke dalam ruang workshop dan mencoba
mengkopinya ke dalam laptop. Setelah mereka memutar hasil kopian tersebut dalam
laptop ternyata tidak berhasil ditayangkan( Sementara itu CD pembelajaran tetap
bisa ditayangkan).
Seperti tidak merasa bersalah karena mengkopi (maksud
saya “membajak”), mereka protes. Dengan menyampaikan permintaan maaf, akhirnya
saya jelaskan bahwa CD media tersebut sudah saya protek agar tidak bisa dikopi.
Namun demikian, ternyata tidak terbersit sedikit pun perasaan mereka bahwa
“membajak” (khususnya CD Media) karya orang lain juga merupakan kesalahan.
Anehnya justru terlontar pernyataan bahwa saya egois, tidak mau beramal, dan
hanya memanfaatkan kelemahan mereka demi uang. Siapakah yang salah pembuatnya
atau pembajaknya? Ataukah memang iklim ‘etika ilmiah’ kita masih sangat payah,
khususnya dalam penghargaan hak cipta.
Sekali lagi ide pembuatan media pembelajaran ini
berawal dari MGMP Guru Bahasa Indonesia. Salah satu usulan saat itu penting
adalah perlunya diciptakan media teknik membaca puisi. Sebenarnya sudah ada
media teknik membaca puisi dari WS Rendra. Namun, media ini dalam kondisi
rusak. Itu pun dari hasil bajak-membajak saat ada workshop.
Sebagai orang yang punya pengalaman dalam pembuatan
media, saya membaca peluang besar di sini. Saya memahami tidak semua guru mampu
membacakan dan membawakan pembacaan puisi dengan tepat. Banyak di antaranya
kurang PD: apakah pembacaan puisi sudah tepat atau belum. Karena itu perlu
pembelajaran modeling (salah satu pendekatan pembelajaran konstekstual) dengan
menghadirkan mereka yang professional dalam pembacaan puisi; mereka adalah para
penyair.
Di sinilah insting bisnis saya bangkit. Saya punya
kenalan seorang guru dan juga penyair yang pernah menjadi Juara 1 Membaca Puisi
se-Jawa Timur. Melalui penyair ini saya bermaksud bekerja sama dengan teater
mereka (ARS – Alam Ruang Sastra) untuk membuat media pembelajaran Teknik
Membaca Puisi termasuk di dalamnya contoh-contoh pembacaan puisi oleh 6 orang
penyair yang masing-masing membawakan 2 buah puisi. Pengambilan gambar di dua lokasi
berbeda dan saya bertindak sebagai pengarah dan pengambil gambar.
Setelah itu saya mengeditnya dengan Adobe Premiere
Pro, Cool Edit, dan menungkannya dalam
Macromedia Flash 8. Agar tidak mudah untuk digandakan (dibajak) orang saya
harus belajar otodidak bagaimana melakukan proteksi. Saat tahap penyelesaian
(finishing), saya cetak cover dan label dengan sedikit elit dan memasukkannya
dalam DVD box.
Pemasaran saya lakukan bersama anak buah saya baik di
seminar-seminar atau pertemuan lainnya bahkan di blog saya. Lumayan, pembelinya
paling banyak dari kalangan mahasiswa dan guru, saat seminar / workshop.
Pembeli melalui blog pun sudah mencapai lebih dari 50 orang, yang umumnya dari
luar Jawa.
Akhirnya, etiskah saya mengutip keuntungan dari
perjuangan dan jerih payah pembuatan media ini? Seberapa batas kita harus
berbagi dengan yang lain dan mengambil keuntungan.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan dan Komentar Anda