Inspirasi kita
buntu? Mengapa tidak berkolaborasi? Berkolaborasi dengan guru-guru bidang studi
lain dalam membuat media pembelajaran dapat menjadi langkah yang paling tepat
dalam memperkaya inspirasi.
Event lomba
membutuhkan topik yang tepat. Untuk itu saya sering berpikir lintas mata pelajaran. Bila topik
‘layak dinominasikan juara’ tersebut dari matapelajaran lain, kita harus
bekerjasama dengan guru-guru mata pelajaran tersebut. Itu pun bila mata pelajaran
saya sendiri kurang maksimal untuk dinominasikan.
Hal ini sudah saya
buktikan. Saya harus bekerjasama dengan guru mata pelajaran Fiqih untuk media
presentasi pembelajaran “Tatacara Penyelenggaraan Jenazah” yang memenangi
Medali Perak (Silver Prize) Tingkat Nasional Depdiknas Jakarta Tahun 2006, dan
“Mudahnya Melaksanakan Nikah” yang memenangi Juara 1 Tingkat Nasional Kemenag
Tahun 2008. Karena saya memiliki pengalaman membuat desain media, para bidang
studi Fiqih berperan untuk mengisi kontennya. (Saya juga pernah berkolaborasi
dengan guru Matematika dan Ekonomi dalam membuat media).
Namanya saja
kolaborasi; kita harus bekerjasama dengan orang lain. Tanpa mereka, kemampuan desain
media saya tidak berarti apa-apa, dan tanpa saya konten materi mereka kurang
mendapatkan nilai tambah. Di samping hubungan yang saling menguntungkan “simbiosis
mutualisme”, ternyata juga ada problema hubungan antarmanusia yang tidak boleh
diabaikan. Mengapa? Secara otomatis kerjasama ini menuntut rekan kita melakukan
pekerjaan tertentu. Mereka kita minta meresume materi, kita minta menjelaskan
ini dan itu, dan banyak lagi. Faktor senioritas guru, watak guru, keterbukaan
pemikiran dan wawasan, dan sebagainya ikut berperan.
Karena itulah saya
pikir perlu ada otoritas yang memberikan kewenangan saya untuk
mengkoordinasikan team, menyuruh dan meminta anggota team melakukan sesuatu,
dan sebagainya. Pemecahannya adalah menghadap pimpinan untuk membuatkan surat
tugas masing-masing guru. Dengan surat tugas dari pimpinan, maka para guru yang
ditunjuk tidak bisa menolak tanpa alasan yang mendasar. Itu pun harus didahului
dengan mengusulkan dan menjelaskan kepada pimpinan sekolah bahwa semua itu
dilakukan demi memperjuangkan citra sekolah.
Selanjutnya karena kita yang butuh, bahasa yang
digunakan harus tetap baik untuk menjaga hubungan kerjasama tersebut lancar
tanpa halangan berarti lagi. Debat, perbedaan pendapat, bahkan riak kecil
konflik harus dihindarkan. Yang paling dibutuhkan adalah keadaan yang solid
hingga produk media selesai.
Menyuruh orang tanpa imbalan, siapa yang mau? Untuk
mengatasi hal tersebut saya selalu mengajukan proposal “project media” kepada
pimpinan sejak awal berikut alokasi anggaran untuk masing-masing orang yang
terlibat. Dalam hal ini kita harus adil; imbalan yang kita berikan harus
dibanding dengan volume pekerjaan mereka.
Akhirnya saat yang paling menyenangkan adalah media
yang kita ciptakan memperoleh kemenangan. Di sinilah kita kembali diuji
keadilan dan kebijaksanaan kita. Kita tidak bisa lagi egois mengambil semua
hadiah mengingat karya tersebut pekerjaan orang banyak. Kita tetap harus
memberikan hak mereka, bila tidak ingin dikucilkan oleh yang lain.
Bila siswa terlibat, mereka juga harus diperhatikan.
(Biasanya kami ajak makan bersama yang lumayan mewah). Meski tidak minta, kita
pun jangan melupakan pimpinan agar project-project media selanjutnya mendapat
dukungan dan lancar.
Semoga bermanfaat.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)