Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan ujaran yang bermakna lengkap. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru, sedangkan dalam bahasa lisan berupa intonasi berhenti.
Unsur-unsur kalimat dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek(O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia_baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1.Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahuan subjek dalam keadaan bagaimana atau sedang melakukan apa. SeIain menyatakan tindakan atau perbuata subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
(1) Ayah sedang tidur siang.
(2) Putrinya cantik jelita.
(3) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(4) Kucingku belang tiga.
(5) Robby mahasiswa baru.
(6) Ibunya penjual gado-gado.
(7) Mobilnya dua.
(8) Paman ke Jakarta.
Kata-kata yang dicetak miring dalam kalimat (1)—(8) adalah P.
Kalimat-kalimat di bawah ini bukan kalimat yang benar karena tidak memiliki P yang jelas.
(9) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(10) Kantor kami yang terletak di depan hotel.
(11) Jakrta yang terkenal sebagai kota metropolitan.
(12) Ina yang cantik itu.
(13) Paman yang ke Jakarta.
Karena belum mempunyai P yang jelas, rangkaian kata-kata yang cukup panjang di atas belum merupakan kalimat, melainkan masih merupakan frase (kelompok kata).
2. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Subjek biasanya berupa kata/frase benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Contoh :
(14) Meja Kepala Sekolah besar sekali.
(15) Ayahku sedang melukis.
(16) Yang berbaju biru paman saya
(17) Berjalan kaki menyehatkan badan
(18) Membangun jalan layang sangat mahal
(19) Kursi itu mahal.
(20) Rumahnya sangat besar.
(21) Motornya dua belas.
Kata-kata yang dicetak miring pada kalimat (14) - (21) adalah S. S dapat berupa frase benda atau frase verba.
(22) Bagi siswa sekolah dilarang masuk
(23) Bagi yang belum membayar SPP dilarang ikut ujian.
(24) Di sini melayani resep obat generik.
(25) Memandikan adik di pagi hari.
(26) Demi cintaku padanya.
(27) Karena sakit keras.
(28) Untuk pembangunan memerlukan bbiaya banyak.
Contoh (22)-(28) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S yang jelas.
3. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif. yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O seperti pada contoh di bawah ini.
a. Ina merancang gaun pesta.
b. Paman menggali sumur.
c. Juru masak menggoreng mie telor.
d. Ayah mencukur jenggotnya.
e. Tomas melompati pagar.
f. Kucingnya menerkam burung gereja.
Jika P diisi oleh verba intransitif. O tidak diperlukan. Dalam hal ini O tidak wajib hadir. Verba intransitif di bawah ini yang menjadi P dalam contoh tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Ncnck mandi.
b. Ayah tidur.
c. Tamunya pulang.
d. Adik makan.
e. Kucingnya mati.
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh perbedaannya di bawah ini.
a. Adik memainkan bola. (S P O)
Adik bermain bola. (S P Pel)
b. Ibu menjual gado-gado. (S P O)
Ibu berjualan gado-gado. (S P Pel)
c. Anton menghilangkan HP-nya. (S P O)
Anton kehilangan HP-nya. (S P Pel)
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa bila P verba berawalam {meN-}, maka diikuti O. Namun, bila P verbanya berawalan {ber-} atau {ke-} termasuk juga {ter-} makan diikuti Pel.
Namun demikian, tidak semua kalimat yang P-nya berawalan {meN-} selalu diikuti O. Contoh :
a. Wajahnya menyerupai Habibie. (S P Pel)
b. Idenya merupakan semangat antiperubahan. (S P Pel)
Dalam suatu kalimat, O dan Pel dapat muncul bersama-sama. Letak Pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. WS Rendra membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.Ibu mendongengkan adik Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Ayahku mengirimi kakek kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang S, P, O, dan Pel. Posisinya dapat di awal, di tengah, atau di akhir kaimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, ada 9 macam keterangan, yaitu :
a. Keterangan tempat,
Contoh :
(1) Ayah bekerja di kantor pos.
(2) Paman pergi ke Makasar.
(3) Iman Supandi dari Sumedang.
b. Keterangan waktu,
(1) Sekarang kita ke kantor guru.
(2) Ketika hujan deras, saya di stasiun Gambir.
(3) Sepulang dari sekolah, ia selalu ke bengkel ayahnya.
(4) Sebelum berangkat, mereka bersarapan pagi.
(5) Sepanjang tahun ini, dia dilarang ke luar rumah.
c. Keterangan alat,
(1) Ia memukul ular itu dengan kayu.
(2) Dengan api, kita menguji keaslian logam ini.
d. Keterangan tujuan,
(1) Demi cintanya, dia rela berkorban segalanya.
(2) Supaya naik kelas, kita harus rajin belajar.
(3) Bagi orang tuanya, masalah itu harus dilupakan.
e. Keterangan cara,
(1) Dengan jalan kaki, dia pergi ke sekolah.
(2) Secara berhati-hati, polisi membuka pintu rumahku.
f. Keterangan penyerta,
(1) Dengan adiknya, dia pergi ke Jakarta.
(2) Bersama orang tuanya, Imam melamar kekasihnya.
g. Keterangan similatif,
(1) Bagai tersambar petir, dia menerima berita itu.
(2) Seperti anjing dan kucing saja, jalinan persahabatan mereka.
h. Keterangan sebab,
(1) Ia tidak masuk sekolah, karena sakit.
(2) Dia tidak takut, sebab ayahnya pejabat.
i. Keterangan resiprokal (kesalingan)
(1) Ia dan kekasihnya mencintai satu dengan lainnya.
(2) Ali dan Amir memukul satu sama lainnya.
Eksistensi Bahasa adalah Conditio Sine Qua Non. Karena itu, Perjalanan Wacana Bahasa Tak Akan Pernah Berhenti Sejalan Adanya Manusia Itu Sendiri ....
Selamat Datang,
Blog ini berisi segala wacana yang berhubungan dengan bahasa dan sastra Indonesia. Di antaranya tentang wacana bahasa dan sastra Indonesia, bahan ajar, pusi, cerpen, penelitian, lomba menulis / mengarang, hingga tes kebahasaan.
Saya berharap ada kritik dan saran Anda yang dapat menyempurnakan blog ini.
Bagi adik-adik, silakan membaca atau mengkopi isi blog ini untuk keperluan tugas atau lainnya. Sesuai dengan etika ilmiah, silahkan kutip sumbernya yaitu dari blog ini.
Terima kasih atas kunjungan Anda.
Blogmaster
Blogmaster
Puisi
Model Membaca Puisi Terbaik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kok mirip banget dengan buku KOMPOSISI BAHASA INDONESIA karangan Lamuddin Finoza, pada halaman 115-121.
BalasHapus