Penggunaan
Evaluasi Pembelajaran Murah
Berbasis
Android : Urgensi, Kendala, dan Solusinya
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ujian Nasional Berbasis Komputer
(UNBK) yang juga dikenal dengan istilah Komputer Based Test (CBT) secara
online pertama kali dilaksanakan pada tahun 2014 di SMP Indonesia di Singapura
dan di Kuala Lumpur. Hasilnya cukup menggembirakan khususnya dalam meningkatkan
literasi siswa terhadap TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi. Keberhasilan
ini dilanjutkan pada tahun pelajaran 2015/2016 pada beberapa SMA/MA dan SMP/MTs
baik negeri maupun swasta serta luar negeri, yaitu berjumlah 556 sekolah, yaitu
42 SMP/MTs, 135 SMA/MA, dan 379 SMK. Semua mencakup dalam 29 provinsi dan luar
negeri.[1]
Sesuai dengan Undang-Undang No.20
Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan ujian nasional adalah untuk
mengukur pencapaian komptensi secara nasional dengan mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Selain itu, ujian nasional dilaksanakan untuk
melaksanakan amanah PP 19/2015 yang telah direvisi menjadi PP 32/2014 dan PP
13/2015 bahwa ujian nasional merupakan subsistem penilaian dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang menjadi salah satu tolok ukur pencapaian SNP dalam rangka
penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan.[2]
Adapun manfaat dari ujian nasional bahwa hasilnya akan digunakan untuk : (a) pemetaan
mutu program pendidikan dan atau satuan
pendidikan. (b) pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, dan
(c) dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan untuk
pemetaan dan peningkatan mutu pendidikan.
Memang, pemerintah memandang UNBK
memiliki banyak keunggulan, di antaranya :
1) Lebih kecil kemungkinan terjadinya
keterlambatan pengiriman soal, tertukarnya soal, dan ketidakjelasan hasil cetak
soal;
2) Tidak ada kerumitan dalam
pengumpulan dan koreksi LJUN;
3) Gambar-gambar dalam soal menjadi
jelas;
4) Lebih mengakomodasikan siswa yang
memiliki ketunaan, karena gambar bisa diperbesar;
5) Hasil UN bisa diumumkan dengan lebih
cepat;
6) Lebih mudah pengamanan dan
penyediaan logistik.[3]
Motto UN tahun pelajaran 2015/2016
adalah Ujian Nasional Jujur dan Berprestasi atau lebih populer dengan istilah
“Prestasi Ya, Jujur Harus”. Motto ini menyatakan bahwa UN harus mengutamakan
prinsip kejujuran dan tanpa melupakan prestasi. Hal ini diperlukan mengingat
disinyalir pelaksanaan ujian nasional banyak terjadi kecurangan demi
mendapatkan prestasi (nilai) yang baik. Bahkan kecurangan tersebut cenderung
sistemik. Di sinilah perlunya diadakan UNBK, yaitu untuk mengeliminasi
kecurangan ujian nasional.
Pengalaman penerapan UNBK tersebut ternyata
banyak kendalanya. Sekolah-sekolah yang melaksanakan adalah yang telah siap
dari sisi infrastruktur dan sumber daya manusianya. Adapun sekolah-sekolah yang
belum siap tidak diminta untuk memaksakan diri UNBK melainkan masih boleh Ujian
Nasional berbasis Kertas dan Pensil (UNKP). Ketidaksiapan tersebut tentunya karena
pengadaan laboratorium komputer, server, beserta UPS-nya membutuhkan dana yang relatif sangat mahal,
yaitu sekitar 250 juta untuk satu laboratorium dengan 30 unit.[4]
Beban ini sangat berat bila dibebankan tiap satuan pendidikan.
Penyelenggaraan UNBK tahun itu juga
tidak dapat dilaksanakan murni online, melainkan hanya setengah online.
Artinya, soal UNBK diunduh dulu dari server pusat ke server sekolah. Jadi
sekolah mengadakan UNBK secara offline. Setelah selesai, barulah sekolah
mengunggah hasil UNBK tersebut ke server pusat.
Hasilnya
secara umum prestasi siswa menurun. Berdasarkan data Kemendikbud, pada tahun
2015 nilai rata-rata siswa SMP sebesar 62,18 persen, sedangkan pada tahun 2016
nilai rata-rata UN SMP senilai 58,57 persen atau turun 3,6 poin dari tahun
lalu. Angka yang menurun tersebut menurut Mendiknas Anies Baswedan karena ada
sekolah yang mengalami peningkatan nilai Indeks Integritas UN (IIUN) sebanyak
72 persen. Rinciannya sebanyak 21,16 persen sekolah yang memiliki nilai IIUN
yang naik yang diikuti nilai UN yang meningkat. Serta sebanyak 50,96 persen
sekolah yang memiliki IIUN (tingkat kejujurannya) naik tetapi nilai UN-nya
turun. Kemudian ada 13,61 persen sekolah yang menggunakan kecurangan secara
masif dan terstuktur dan 14,27 persen sekolah yang siswanya melakukan
kecurangan secara individu.[5]
Bertolak
dari uraian di atas, jelaslah betapa urgennya UNBK sebagai sarana menciptakan generasi yang
memiliki integritas / kejujuran yang tinggi. Namun, penggunaan teknologi yang
relatif sangat mahal dan rumit merupakan kendala yang juga tidak mudah diatasi.
Pada
ujian nasional tahun 2016/2017 mendatang Kementerian Agama Jawa Timur
memberikan pertanda kesiapan mengikuti UNBK. Hal ini berarti sangat banyak
dibutuhkan dana untuk mempersiapkannya. Di sisi lain, iklim belajar mandiri
juga perlu disiapkan. Untuk itu evaluasi pembelajaran yang mengarah pada
kemandirian siswa juga harus dibiasakan.
Dengan
pengalaman penulis sebagai praktisi pembelajaran online [6],
sebenarnya masalah dapat diatasi dengan evaluasi pembelajaran berbasis android.
Evaluasi pembelajaran ini praktis, mudah, dan relatif murah dilaksanakan dan
dilatihkan.[7]
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah desain evaluasi
pembelajaran berbasis android?
b. Apakah urgensi evaluasi pembelajaran
berbasis android?
c. Apakah kendala evaluasi pembelajaran
berbasis android?
d. Apakah solusi evaluasi pembelajaran
berbasis android?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan
uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah desain evaluasi
pembelajaran berbasis android?
b. Apakah urgensi evaluasi pembelajaran
berbasis android?
c. Apakah kendala evaluasi pembelajaran
berbasis android?
d. Apakah solusi evaluasi pembelajaran
berbasis android?
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
1) Sebagai sarana menuangkan ide dan
gagasan untuk pengembangan profesionalisme guru.
2) Sebagai pelengkap portofolio lomba
Guru Madrasah Berprestasi Tahun 2016
b. Bagi Madrasah
1) Dapat menjadi masukkan untuk
pengembangan pembelajaran di madrasah
2) Dapat menjadi pertimbangan dalam
menyiapkan sarana dan prasarana ujian nasional
c. Bagi Pemerintah
Dapat menjadi masukkan untuk penentuan kebijakan, khususnya yang
berhubungan dengan evaluasi pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Desain
Evaluasi Berbasis Android
a) Android dalam Pembelajaran
Istilah ‘android’ semula mengacu
pada pengertian robot yang memiliki
kecerdasan buatan (artificial intelligence). Saat ini pengertiannya adalah salah satu
sistem operasi yang biasanya dipakai dalam perangkat (gadget) yang
logonya robot.
Semula android adalah milik
perusahaan di Silicon Alley yang bernama Android Inc. Pada tahun 2005, Google
mengakusisi sistem operasi ini dan mencanangkannya sebagai sistem operasi yang
terbuka (open source). Sebagai konsekuensinya, siapa pun boleh
memanfaatkan sistem operasi ini secara gratis, bahkan mengembangkannya.
Sistem operasi ini tidak hanya
digunakan untuk ponsel, tetapi juga perangkat elektronik lainnya. Di antaranya
smartphone, tablet, netbook, MP4, TV internet, dan sejenisnya. Fungsinya pun
juga beragam, yaitu : game, berita, portal iklan, internet, dan lain-lain.
Sementara itu penggunanya tidak dibatasi oleh status, ras, jenis kelamin,
bahkan usia.
Dalam pembelajaran, android juga
telah dipakai sebagai piranti (gadget) untuk menyimpan sumber
pembelajaran, membaca dan mengerjakan, serta mengirimkan hasil pembelajaran.
Bahkan saat ini banyak sekali sumber-sumber yang berbasis laman / website sudah
dibuat pula dalam versi androidnya.
Salah satu keunggulannya yang portable,
ringan, harganya relatif murah, dan sangat mudah dibawa kemana-mana menjadikan
piranti ini lebih popular dan diminati.
b) Desain Evaluasi Pembelajaran
Berbasis Android
Sebenarnya ada beberapa aplikasi yang dapat dibuat untuk
evaluasi berbasis android. Evaluasi tersebut di antaranya :
( (1) Quipper School
Quipper School merupakan aplikasi
yang memang diciptakan untuk pembelajaran online.
Aplikasi ini berasal dari Inggris
dan kemudian dikembangkan di beberapa negara, di antaranya: Jepang, Korea,
Thailand, Filipina, Vietnam, Mexico, Indonesia, dan beberapa negara lainnya.
Keunggulannya : materi pelajaran beserta soalnya sudah sesuai dengan kurikulum
yang berlaku. Demikian pula hasil laporan evaluasinya.
Berikut ini tampilan desainnya.
Tampilan Soal
(2) Google Form
Google Form merupakan aplikasi yang
diciptakan oleh Google. Keunggulannya : mudah dalam pembuatan quiz, namun soal
dan laporannya kita sendiri yang harus membuatnya. Berikut ini tampilan
desainnya.
Tampilan Soal Jadi
(3) Quiz Maker
Quiz maker merupakan aplikasi yang
milik grup iSpring. Keunggulannya : mudah dalam pembuatan quiz, namun soal dan
laporannya kita sendiri yang harus membuatnya. Berikut ini tampilan desainnya.
2.2 Urgensi
Evaluasi Berbasis Android
Keunggulan penggunaan evaluasi
pembelajaran berbasis android antara lain:
a)
Jauh lebih murah dalam penyediaan sarana dan prasarananya
Hal ini karena hampir setiap siswa telah memiliki gadget ini.
Umumnya mereka menggunakannya sebagai media sosial, khususnya mengirim sms, chatting,
foto selfie, main game, dan sejenisnya. Kita harus mampu mengubah piranti gadget
tersebut menjadi sarana belajar yang menyenangkan. Akan lebih bagus lagi
bila kita mampu mengubahkan menjadi “android pembelajaran”.
b)
‘Paperless’ artinya tidak menggunakan kertas-kertas
Dalam pelaksanaan ulangan harian, ulangan blok, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, dan ujian akhir madrasah bahkan ujian
nasional pasti tidak terlepas dari penggunaan kertas untuk mencetak soal. Biaya
pengadaan kertas soal yang cukup besar pasti akan bisa dihindari bila kita
sudah menerapkan evaluasi pembelajaran online.
c) Lebih
praktis dan mudah digunakan
Keunggulan tablet dan telepon seluler dibandingkan laptop dan komputer
adalah karena mudah dibawa bahkan dimasukkan saku. Hal ini menjadikan piranti
tersebut selalu berada di genggaman dan selalu ingin memanfaatkannya.
d)
Meningkatkan integritas siswa
Sebagaimana dalam uraian di atas, salah satu tujuan UNBK adalah
terwujudnya integritas (kejujuran) siswa disamping prestasi juga penting. Hal
ini untuk menghindari kecurangan dan kerjasama siswa dalam ujian. Beberapa
aplikasi yang ada memiliki fitur : pengacak nomor soal dan pilihan jawaban,
serta timer (pengatur waktu). Fasilitas ini mampu membuat soal yang
berbeda sehingga membatasi ruang gerak siswa untuk berbuat curang dan
bekerjasama.
2.3 Kendala Evaluasi
Berbasis Android
Adapun
kendala penggunaan evaluasi pembelajaran berbasis android antara lain:
a)
Kebutuhan teknisi komputer
Teknisi komputer sangat dibutuhkan khususnya yang memiliki
kemampuan tentang koneksi jaringan internet, desain website, hosting dan domain, serta manajemen cpanel. Hal ini berkaitan
bahwa soal-soal yang disusun menggunakan aplikasi yang sudah tersedia di
internet. Soal-soal yang berhasil dibuat juga harus disimpan dengan sewa tempat
(hosting)
pada server tertentu dan mungkin
juga ditayangkan pada website dengan domain tertentu.
b)
Kebutuhan perangkat gadget dan pulsa internet
Kebutuhan-kebutuhan ini tidak bisa dihindari. Gadget baru
standar (Samsung, Asus, Lenovo, atau Oppo) saat ini berharga sekitar 2,5 hingga
3,5 juta rupiah. Sementara itu pulsa internet juga terjual bebas dan cukup
terjangkau. Namun, melihat kenyataan cukup banyak siswa yang memilikinya,
bahkan anak-anak juga punya sebagai alatpermainan maka gadget bukan
barang mewah lagi.
c)
Dapat menurunkan nilai siswa yang tidak mandiri
Data yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa penggunaan UNBK
menurunkan prestasi siswa, khususnya para siswa yang tidak mandiri. Kesempatan
untuk memperoleh nilai tinggi melalui cara-cara yang curang sudah semakin
sulit. Hal ini seharusnya menjadi bahan instrospeksi bagi para siswa bahkan
pihak sekolah untuk membudayakan kejujuran dalam berprestasi.
d)
Dapat mengakibatkan siswa melihat konten-konten negatif
“Ibarat pisau bermata dua” demikianlah dengan gadget.
Literasi akan TIK akan meningkat atau tidak gaptek , menambah wawasan
ilmu pengetahuan, menambah persaudaraan, dan sejenisnya merupakan manfaat gadget.
Namun, kecanduan selfie, chatting, maniak game, bahkan menonton
konten-konten porno adalah efek sampingnya. Karena itu tidak mengherankan
beberapa madrasah, apalagi yang milik pesantren, melarang keras membawa apalagi
menggunakan perangkat tersebut.
2.4 Solusi
Evaluasi Pembelajaran Berbasis Android
Adapun
solusi dari hambatan-hambatan penggunaan evaluasi pembelajaran berbasis android
antara lain:
a)
Dibutuhkan teknisi komputer
Teknisi komputer dengan kemampuan tersebut di atas memang
diperlukan. Namun tidak perlu banyak, alias cukup satu orang saja. Bila ada
guru bidang studi lain yang mampu apalagi yang dengan senang hati mau berbagi
ilmu dengan lainnya maka kebutuhan akan teknisi bisa dianulir.
b)
Dibutuhkan akan perangkat gadget dan jaringan wifi
Kebutuhan-kebutuhan akan perangkat gadget yang mahal bisa bisa
dihindari. Caranya dengan membeli barang bekas namun bermerek standar (Samsung,
Asus, Lenovo, atau Oppo). Barang-barang tersebut bisa berharga sekitar 500 ribu
hingga 1,5 juta rupiah..
Kebutuhan akan pulsa internet dapat diatasi oleh sekolah dengan
berlangganan internet kemudian dipancarkan menjadi sinyal wifi. Adapun yang
paling praktis dan sangat murah adalah berlangganan wifi.id dari Telkom
dengan konsekuensi per potong pulsa ponsel seribu rupiah per hari setiap kali
pemakaian. Namun, bila kita menggunakannya maka tidak terjadi pemotongan pulsa.
c)
Harus diciptakan budaya jujur dalam berprestasi
Jujur dalam berprestasi sebagai sebuah budaya tentu merupakan
sebuah hasil dari proses pembiasaan yang relatif lama. Ketika sudah menjadi
budaya maka pelaksanaannya akhirnya menjadi sebuah kebutuhan. Karena itu para
siswa perlu dibiasakan mengikuti evaluasi pembelajaran yang tidak memberikan
peluang melakukan kecurangan. Semakin sering hal ini dilakukan maka akan
menjadi pembiasaan bahkan menjadi sebuah kebutuhan. Kebutuhan akan hidup yang
jujur dalam mencapai tujuan.
d)
Harus diciptakan budaya “gadget untuk pendidikan”
Dampak negatif penggunaan gadget, misalnya kecanduan selfie,
chatting, maniak game, bahkan menonton konten-konten porno sebenarnya
bisa dihindarkan atau paling tidak dikurangi. Dalam hal ini perlu diciptakan
budaya “gadget untuk pendidikan”. Caranya antara lain:
- menghimbau para siswa untuk selalu bertanggung jawab dengan menghindari
menggunakan aplikasi atau konten-konten negatif,
- secara periodik para guru harus mengawasi aplikasi dan
konten-konten dalam gadget siswa
- meminta siswa menghapus aplikasi maupun konten negatif dalam gadget
mereka sendiri
- mengubah image “gadget untuk bermain” menjadi “gadget
untuk belajar”
- menghimbau para guru sering menggunakan gadget siswa sebagai
sarana belajar mandiri yang cepat dan efektif.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Sesuai dengan Undang-Undang No.20
Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan ujian nasional adalah
untuk mengukur pencapaian komptensi secara nasional dengan mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Pada saat ini pemerintah sudah melaksanakan UNBK.
Tanpa melupakan keunggulannya, ternyata
UNBK juga memiliki keterbatasan dan kendala. Kendala utamanya adalah sangat
mahalnya sarana dan prasarananya. Di samping itu, kurang praktis dalam
pelaksanaannya.
Pada
ujian nasional tahun 2016/2017 mendatang Kementerian Agama Jawa Timur
memberikan pertanda kesiapan mengikuti UNBK. Hal ini berarti sangat banyak
dibutuhkan dana untuk mempersiapkannya. Di sisi lain, iklim belajar mandiri
juga perlu disiapkan. Berdasarkan berbagai pertimbangan sebelumnya, evaluasi
pembelajaran online berbasis android perlu dibiasakan untuk menciptakan
kesiapan UNBK yang jujur dan berprestasi.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian sebelumnya,
penulis menyampaikan saran-saran:
a). Dalam rangka menghadapi UNBK,
perlu diciptakan pembelajaran dan evaluasi yang
menonjolkan kejujuran dan prestasi;
b). Perlu sering dilakukan latihan
evaluasi pembelajaran online agar tercipta literasi TIK
yang memadai;
c). Madrasah perlu melakukan
pelatihan guru dalam membuat soal-soal online;
d). Pemerintah perlu
mempertimbangkan pelaksanaan UNBK murah, yaitu yang berbasis
android.
[1] Sumber : http://unbk.kemdikbud.go.id/diunduh
tanggal 28 Juli 2016 pukul 20.50.
[2] Sumber : http://www.dadangjsn.com/2015/12/tujuan-dan-fungsi-manfaat-un-ujian.html
diunduh tanggal 29 Juli 2016 pukul 06.26.
[3] Sumber : http://www.dadangjsn.com/2015/12/kelebihan-manfaat-unbk-dibandingkan.html,
diunduh tanggal 29 Juli 2016 pukul 05.50.
[4] Informan : Perkiraan Pak Ari Arda, CV Berkah Mandiri, Sidoarjo
[5] Sumber : http://news.detik.com/berita/3230382/nilai-rata-rata-un-smp-tahun-2016-turun-3-poin-dari-tahun-lalu
diunduh tanggal 29 Juli 2016 pukul 09.27.
[6] Penulis sudah sangat berpengalaman dalam melaksanakan pembelajaran
online berbasis android di kelas, khususnya di Quipper School.
[7] Dulu untuk menguasai pemrograman android perlu pelatihan beberapa
bulan. Namun sekarang hal itu dapat dikuasai hanya dengan pelatihan selama 1
s.d. 2 jam saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2009. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pressindo.
Kadir, Abdul. 2013. Pemrograman
Aplikasi Android. Yogyakarta : Andi.
Panjaitan, Yusrizal. 2013. Mengelola
Blog Sebagai Media Pembelajaran Online.Yogyakarta :LeutikaPrio.
Rusman.
2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer : Mengembangkan Profesionalisme
Guru Abad 21.Yogyakarta : Arr-Ruz.
Guru Abad 21.Yogyakarta : Arr-Ruz.
Sanjaya, Ridwan dan Marlon Leong.
2008. Mudah Membangun Web E-Learning.Yogyakarta
:Arr-Ruz.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam Kurikum 2013.Yogyakarta :Arr-Ruz.
Suwandi, Sarwiji. 2011. Model-Model
Asesmen dalam Pembelajaran.Surakarta : Yuma Pressindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Masukan dan Komentar Anda